Sabtu, 07 Juli 2012

7 Tingkatan Jiwa

7 Tingkatan Jiwa

Menurut Syaiful M. Maghsri, manusia memiliki tujuh jiwa, atau tujuh sisi dari keseluruhan jiwa kita. Masing-masing mewakili tingkat evolusi yang berbeda: jiwa mineral, nabati, hewani, pribadi, insani, rahasia, dan Maha Rahasia. Model mengenai jiwa ini bersifat seimbang’ tutur Syaiful. Perekembangan spiritual bukanlah semata berkenaan dengan mengembangkan jiwa yang lebih tinggi dan mengabaikan atau bahkan melemahkan yang lebih rendah. Tapi jiwa memiliki potensi yang berharga. Dalam sufisme, perkembangan spiritual sejati berarti perkembangan seluruh individu secara seimbang, termasuk tubuh, akal dan jiwa.
Ada banyak sistem dan disiplin yang memusatkan perhatian pada tubuh, olah raga, seni perang, teknik penyembuhan, dan beragaman disiplin fisik lainnya. Pendidikan modern hampir memusatkan diri sepenuhnya pada akal. Banyak disiplin spiritual menekan pada prinsip dan latihan spiritual, tetapi mengabaikan akal dan tubuh. Di dalam sufisme, seluruh kehidupan adalah bagian dari pratik spiritual. Keluarga, pekerjaan dan hubungan sosial memberikan kesempatan yang sama seperti doa dan zikir dalam hal pengembangan spiritual.
Istilah jiwa dalam Bahasa Arab, yakni rĂ»h, juga berati “roh” dan “nafas”. Difirmankan di dalam Al-Qur’an, “Telah Kusempurnakan kejadiannya (Adam), dan Kutipkan ke dalamnya roh-Ku.” Tingkatan tertinggi jiwa yakni yang Maha Rahasia adalah percikan dari ruh Tuhan.
Syaiful mengemukakan Masing-masing jiwa memiliki kedinamisan, kebutuhan, dan kekuatan sendiri-sendiri. Pada saat yang berbeda, jiwa yang berbeda mungkin saja mendominasi. Mengetahui jiwa mana yang lebih aktif adalah informasi yang penting bagi seorang guru. Sebagai contoh, sebuah mimpi yang datang dari jiwa yang satu akan ditafsirkan dengan sangat berbeda dari sebuah mimpi dari jiwa lainnya.



Pergerakan jiwa sehat dan alamiah berpindah dari satu titik ke titik lainnya, apa yang sehat bisa jadi mengandung racun. Contohnya, curare adalah obat penyakit jantung yang bagus, namun bisa juga digunakan sebagai racun yang mematikan. Jika kita memperhatikan sebagian dari jiwa-jiwa kita dan mengabaikan sebagian yang lain, tak terhindarkan lagi kita akan kehidupan keseimbangan. Sebagai contoh, jika kita mengabaikan jiwa nabati dan hewani, maka kita akan kehilangan kendali akan kebutuhan dasar tubuh kita dan membahayakan kesehatan kita. Jika kita mengabaikan jiwa rahasia dan jiwa Maha Rahasia dan tidak menghargai kebutuhan spiritual kita, maka kebutuhan spiritual kita menjadi terganggu. Banyak orang menjalani kehidupan dilimpahi oleh kesuksesan materi dan aktivitas duniawi, namun secara spiritual mereka sangat kekurangan. menurut Syaiful keseimbangan tujuh jiwa akan memberikan kesehatan dan pertumbuhan seimbang, serta kehidupan bermakna.

0 komentar:

Posting Komentar